Kapan Herdi Memulai Merintis Usaha Sayur Hingga Kini Jualan Sop?

Kapan Herdi Memulai Merintis Usaha Sayur Hingga Kini Jualan Sop?  


Herdi, sosok pedagang tangguh yang kini dikenal dengan sop hangatnya, punya perjalanan panjang yang patut diceritakan. Dari awal merintis usaha sayur hingga beralih menjadi penjual sop seperti sekarang, kisahnya adalah bukti nyata bahwa kerja keras dan adaptasi bisa mengubah nasib. Kapan Herdi memulai semua ini, dan bagaimana ia sampai di titik ini pada Maret 2025? Mari kita ikuti jejaknya.


Awal Perjalanan: Merintis Usaha Sayur  

Herdi memulai usaha sayurnya bertahun-tahun lalu—meski tak ada tanggal pasti, warga sekitar memperkirakan ini terjadi lebih dari satu dekade yang lalu, mungkin sekitar awal 2010-an. Saat itu, Herdi masih muda, penuh semangat, dan hanya bermodalkan gerobak sederhana serta tekad kuat. Ia memilih berjualan sayur karena melihat kebutuhan pokok ini selalu dicari setiap hari. “Saya pikir, sayur itu pasti laku, semua orang butuh makan,” kenangnya suatu kali.  


Setiap hari, Herdi bangun sebelum matahari terbit untuk mengambil stok dari petani lokal atau pasar induk. Bayam, kangkung, kolplay, wortel—sayuran segar itu ditata rapi di gerobaknya. Ia berkeliling kampung atau mangkal di pasar, meneriakkan, “Sayur segar, murah, Bu!” dengan suara lantang. Awalnya, pelanggan masih sedikit, tapi lambat laun, ketekunan Herdi membuahkan hasil. Ia dikenal sebagai pedagang yang ramah dan jujur, selalu memberikan sayuran berkualitas dengan harga terjangkau.  


Tantangan di Awal Usaha Sayur  

Merintis usaha sayur bukan tanpa hambatan. Cuaca buruk sering jadi musuh utama—hujan membuat sayuran layu, panas terik membuatnya cepat busuk. Belum lagi fluktuasi harga di pasar induk yang kadang membuatnya sulit menentukan margin keuntungan. “Pernah sehari cuma laku separuh, sisanya saya bagikan ke tetangga,” ceritanya sambil tertawa.  


Persaingan juga tak kalah sengit. Pedagang sayur lain, baik keliling maupun di pasar, jadi tantangan tersendiri. Namun, Herdi punya cara sendiri untuk bertahan: ia membangun hubungan baik dengan pelanggan. “Kalau mereka senang, besok pasti balik lagi,” katanya. Perlahan, usaha sayurnya stabil, meski tak pernah benar-benar besar.  


Titik Balik: Dari Sayur ke Sop  

Setelah bertahun-tahun jualan sayur, Herdi mulai merasa ada yang kurang. Mungkin ia bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja, atau ia ingin menawarkan sesuatu yang lebih bernilai. Ide untuk jualan sop muncul—tak jelas kapan tepatnya, tapi dugaan warga sekitar menunjuk ke beberapa tahun lalu, mungkin sekitar 2020-an awal. “Saya lihat sayur yang gak laku bisa jadi sop, lebih berguna,” ujarnya suatu hari.  


Herdi mulai bereksperimen dengan resep sederhana: sayuran dari stoknya sendiri, ditambah sedikit daging atau ayam, dan bumbu dasar seperti bawang, garam, dan merica. Sop pertamanya ia coba jual kecil-kecilan, masih sambil menawarkan sayur. Responsnya mengejutkan—pelanggan suka! “Enak, Pak, kuahnya bikin anget,” kata seorang pembeli. Dari situ, Herdi makin yakin untuk serius jualan sop.  


Peralihan Penuh ke Sop  

Kapan Herdi benar-benar meninggalkan sayur demi sop? Prosesnya bertahap. Awalnya, ia jualan keduanya—sayur di pagi hari, sop di siang atau sore. Tapi, seiring waktu, sopnya lebih laris. “Sop habis lebih cepat, orang suka yang siap makan,” ungkapnya. Sekitar dua atau tiga tahun terakhir sebelum Maret 2025, ia memutuskan fokus penuh pada sop. Gerobak sayurnya disulap jadi dapur keliling, lengkap dengan panci besar dan kompor kecil.  


Peralihan ini tak mudah. Herdi harus belajar memasak dalam porsi besar, menjaga kualitas kuah, dan beradaptasi dengan jam kerja yang lebih panjang. Modalnya juga bertambah—ia perlu termos besar agar sop tetap hangat. Tapi kerja kerasnya terbayar. Sop buatannya, dengan kuah gurih, sayuran segar, dan potongan daging empuk, jadi favorit warga.  


Kini: Sop Hangat di Maret 2025  

Sekarang, pada Maret 2025, Herdi adalah penjual sop yang disegani. Ia bangun jam tiga pagi untuk memasak, lalu berkeliling atau mangkal di tempat strategis. Aromanya mengundang siapa saja yang lewat, dan harganya yang terjangkau membuat sopnya laris manis. “Saya pakai sayur segar kayak dulu, cuma sekarang jadi sop,” katanya bangga.  


Pelanggan lama yang dulu membeli sayurnya kini beralih jadi penggemar sop. Ada yang bilang, “Herdi emang pinter, dari sayur biasa jadi sop luar biasa.” Usahanya tak hanya soal uang, tapi juga kepuasan melihat orang menikmati hasil tangannya.  


Penutup: Perjalanan Panjang Herdi  

Kapan Herdi memulai merintis usaha sayur? Mungkin lebih dari sepuluh tahun lalu, dengan gerobak sederhana dan semangat besar. Kapan ia sampai jadi penjual sop? Setelah bertahun-tahun kerja keras, eksperimen, dan keberanian mengambil langkah baru. Di Maret 2025 ini, Herdi adalah bukti bahwa dari sesuatu yang kecil—seperti seikat bayam—bisa lahir sesuatu yang hangat dan menginspirasi, seperti semangkuk sop. Jika Anda bertemu Herdi, jangan lupa cicipi sopnya—ada cerita panjang di setiap suapannya.  


---  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapan Herdi Jualan Sop? Dari Sayur ke Kuah Hangat

Lika-Liku Herdi: Penjual Sayur yang Beralih ke Sop

“Kapan Herdi Jualan Sop?”: Buku Inspiratif tentang Perjalanan Pedagang Sop Legendaris